Perkebunan teh (tea garden) di Indonesia banyak dibuka pada masa pemerintahan Hindia – Belanda, zaman Gubernur Jenderal Van De Bosch (1830 – 1870), sebagai bagian dari politik tanam paksa. Pada mulanya, bibit teh yang ditanam berasal dari Cina, namun setelah datang bibit teh dari India (Assam) pada tahun 1872, maka banyak perkebunan teh yang memakai bibit teh Assam ini karena ternyata lebih cocok dengan iklim Indonesia.
Cukup banyak perkebunan teh di Indonesia yang terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan ada yang termasuk perkebunan teh terluas nomer satu di dunia dan tertinggi nomer dua di dunia. Mayoritas dari kebun teh ini terletak di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa Tengah (pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara (Pematang Siantar), dan Sumatera Barat.
Beberapa nama perkebunan teh yang cukup terkenal di Indonesia, antara lain kebun teh Gunung Mas Puncak (Bogor), Cianten (Bogor), Wonosari (Malang, Jawa Timur), Malabar (Boscha) (Bandung), Pagilaran (Batang), Jolotigo (Pekalongan), PTPN VIII Gede (Tanawattee) (Cianjur), Gunung Dempo (Pagaralam), Tambi (Wonosobo), Tanjung Sari (Wonosobo), Kayoe Aro (Kerinci, Jambi), dan lain sebagainya. Kebun teh Kayoe Aro sendiri merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah kebun teh Darjeeling di Indonesia.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar