Sunan Drajat
mendirikan pesantren setelah menetap cukup lama di jelag. Tidak
memerlukan waktu yang lama untuk membuat banyak orang untuk berguru
kepadanya. Karena cara berdakwah yang digunakannya sangat bijsaksana. Ia
tidak segan memberikan pertolongan kepada masyarakat yang mengalami
kesengsaraan, yaitu anak-anak yatim piatu, orang orang sakit, fakir dan
miskin. di setiap kesempatan dakwah ia juga mengemukakan ajaran islam
yang menyangkut masalah sosial.
Raden
qasim menyadari bahwa hakikat kelangsungan hidup manusia di dunia
adalah memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Karena itu, mereka
memerlukan cara berserikat, tolong menolong, dan saling membantu antara
sesama manusia. Kebutuhan untuk berkelompok (bermasyarakat) ini merata
pada segala tingkatan, golongan manusia, bangsa, dan suku, baik itu laki
laki atau perempuan.
Setahun
kemudian raden qasim pindah kesebelah selatan, yaitu kira kira 1 km
dari desa jelag. Di sana, ia mendirikan mushola yang sekaligus
dimanfaatkan seagai tempat berdakwah. Tiga tahun kemudia, ia pindah lagi
ke sebuah bukit yang disebut dalem duwur, yang mempunyai arti rumah
yang berada di tempat yang tinggi (bukit). Rumah ini terletak di desa
derajat. di derah ini, ia mendapatkan gelar sunan drajat.
Di
tempat yang baru, raden qasim menggunakan alat kesenian rakyat untuk
menyampaikan dakwahnya. Ia mengumpulkan orang-orang dengan menabuh
seperangkat gamelan. Dan, setelah mereka berkumpul, ia memberi ceramah
tentang kebenaran agama islam. Itulah salah satu kecerdikan dari sunan
drajat atau raden qasim dalam melakukan pendekatan kepada lapisan
masyarakat. ia mampu menggunakan kesenian sebagai media dakwah.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar