Cerita islami kali ini merupakan lanjutan cerita asal usul sunan giri,
kali ini tentang cerita sunan giri yang belajar berdagang dengan orang
kepercayaan ibu angkatnya yaitu paman Abu Hrairah. Untuk lebih jelasnya
silahkan simak kisahnya di bawah ini:
Cerita Sunan Giri Belajar Berdagang
Meskipun
raden paku menyadari bahwa dirinya bukan anak kandung nyai ageng
pinatih, namun ia tetap ingin berbakti kepada wanita yang telah mengasuh
dan membesarkannya. Karena itu, sepulang dari negeri pasai, aceh, ia
membantu ibunya untuk berdagang. Barang dagangannya di bawah ke negeri
banjar, kalimantan. Nyai ageng pinatih adalah seorang penguasa yang kaya
rasa di kota gresik. Karena itu, jika hendak berlayar maka ia
menyiapkan tiga sampai empat kapal yang dipenuhi dengan banyak dagangan.
Cerita sunan giri,
Sebelum berangkat, nyai ageng pinatih berpesan kepada raden paku,
“Cobalah kamu belajar berdagang di negeri seberang. Mintalah nasihat
kepada paman Abu Hurairah agar engkau mengerti seluk beluk menjadi
pedagang”
Raden paku pun memenuhi
nasihat ibunya. Ia menemui abu hurairah untuk menyatakan diri ikut
berdagang ke Banjar. Abu Huraiha merupakan orang kepercayaan Nyai Ageng
pinatih. Ia adalah orang pertama yang diangkat untuk bertanggung jawab
atas barang dagangan. Karena itu, para pegawai nyai ageng pinatih
menyebutnya sebagai nahkoda utama. Dan keinginan raden paku disambut
baik olehnya.
Kisah Sunan Giri
– Pada hari yang ditentukan, kapal-kapal nyai ageng pinatih yang telah
dipenuhi barang dagangan siap berangkat ke banjar. dengan bersemangat,
raden paku melompat ke kapal. Setelah semua awak kapal naik, layar pun
segera dibuka. Dengan perlahan-lahan, kapal-halap miliki nyai ageng
pinatih itu meninggalkan gresik. Dan, semakin ke tengah samudra angin
semakin kencang, sehingga mendorong kapal ke utara.
Setelah
sepekan di tengah laut, akhirnya, kapal-hapal itu merapat ke pelabuhan
banjar, kalimantan. Selanjutnya abu hurairah mengajari raden paku
tentang cara berdagang. Bahkan, sejak itu, semua uang hasil penjualan
dipercayakan kepada raden paku untuk memegangnya.
“Nanti,
kalau barang dagangannya sudah laku semua, kita perlu membeli
barang-barang di sini untuk dijual di jawa. Itulah cara yang selama ini
saya lakukan, sehingga kita pulang dan pergi tetap membawa hasil. Lagi
pula, kapal yang ada muatannya tidak mudah oleng oleh angin dan badai,
raden,” kata abu hurairah.
Raden paku pun mengatakan “baiklah” sambil manggut manggut
Raden
paku sangat piawai dalam berdagang. Maklum, ilmu dagang yang didapatkan
dari negeri pasai sangat diterapkannya. Ia menawarkan barangnya dengan
cara yang jujur seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika
membawa dagangan milik khadijah. Tak heran jika banyak orang merasa
senang mengambil barang darinya. Dan, hal itu diketahui oleh Abu
Hurairah. Nakhoda utama itu merasa terpukau menyaksikana sikap raden
paku yang sangat simpati dalam menjual barang.
Cerita sunan giri menyedekahkan sebagian hasil dagangan
Dalam
waktu yang tidak begitu lama, barang dagangan Nyai Ageng Pinatih pun
habis sama sekali. Raden paku tidak segera membelikan barang-barang yang
merupakan hasil kekayaan kalimantan, melainkan ia menghitung labanya
terlebih dahulu. Setelah diketahui laba dari penjualan itu, kemudian
raden paku membagikan sebagian hasilnya kepada fakir miskin di daerah
banjar. hal itu sempat membuat cemas abu hurairah.
Abu hurairah pun menegur. “Raden, mengapa hasil penjualan barang dibagikan kepada mereka?”“Jawangn khawatir, aku hanya membagikan sebagian labanya, aku masih menahan modalnya.” kata raden paku
“Bukanlah nyai ageng pinatih berpesan agar kita membeli barang-barang, seperti intan, emas, kain sutra, dan rotan, untuk dijual di jawa?” tanya Abu Hurairah.
“Lupakan itu,” ujar raden paku dengan tenang, “di banjar aku melihat banyak fakir miskin yang membutuhkan bantuan. Apa salahnya jika bershadaqah kepada mereka. Bukankah ibu sudah mendapatkan keuntungan dari mereka?”
Pikiran Abu Hurairah semakin panik. Ia membayangkan pasti Nyai Ageng Pinatih akan memarahinya ketika ia tahu kalau dirinya tidak membawa dagangan dari kalimantan.
“Jika kapal kita pulang dalam keadaan kosong, maka kapal akan mudah oleh kalau ada angin kencang, raden” bujuk abu hurairah/
“Perintahkan anak buahmu untuk mengisi karung karung itu dengan pasir saja biar kapalnya tidak oleng” jawab raden paku yang membuat abu hurairah ssemakin tidak mengerti
Kapal Nyai Ageng pinatih bertolak dari Banjar untuk kembali ke pulau jawa. Ketika mereka sampai di gresik, hal yang dikhawatirkan nakhoda utama itu terbukti. Nyai ageng pinatih sangat marah. Semua awak kapal, termasuk abu hurairah terkena kemarannya. Terlebih lebih lagi, raden paku yang dianggap memiliki ide gla itu.
“Sebaiknya, ibu tidak perlu marah. Periksalah ke kapal” kata raden paku datar
“Apa yang perlu diperiksa? Ayo, turunkan seluruh karung itu dan buang ke laut”
“Sabarlah , ibu ajaklah paman Abu hurairah untuk melihatnya terlebih dahulu agar ibu tidak marah-marah terus”
“Apa yang perlu diperiksa? Ayo, turunkan seluruh karung itu dan buang ke laut”
“Sabarlah , ibu ajaklah paman Abu hurairah untuk melihatnya terlebih dahulu agar ibu tidak marah-marah terus”
Akhirnya,
nyai ageng pinatih berangkat menuju pelabuhan dan memeriksa muatan
kapalnya. Dengan disertai kemarahan, wanita itu membuka karung. Betapa
tebelalak matanya ketika melihat karung ibu bukan berisi pasir melainkan
intan dan emas. Untuk meyakinkan kebenaran itu, ia memerintahkan para
awak kapal untuk emeriksa seluruh isi karung. Ternyata, semuanya berisi
berbagai barang berharga yang jika dijual akan mendatangkan keuntungan
yang luar biasa.
Itulah pembahasan
mengenai cerita sunan giri yang belajar berdagang hingga ke kalimantan.
Beliau tidak takut rugi untuk menyedahkan uang dari keuntungan dalam
berdagang juga berdagang dengan cara yang jujur. semoga kita dapat
meneladaninya. Aamiin
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar